PRAKTIKUM DALAM PEMBELAJARAN KIMIA




Kata praktikum berasal dari kata pratique (Prancis), practicus (Latin), atau praktikos (Yunani) yang secara harfiah berarti “aktif” atau prattein / prassein (Yunani) yang berarti “ mengerjakan”. Pengertian praktikum menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu bagian dari pengajaran yang bertujuan agar siswa mendapat kesempatan untuk menguji dan melaksanakan dari keadaan nyata apa yang diperoleh dari teori.
Menurut Soekarno et al. (1990 : 14), metode praktikum adalah suatu cara mengajar yang memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu fakta yang diperlukan atau ingin diketahuinya. Djamarah & Zain (2002:95) memberi pengertian bahwa metode praktikum adalah proses pembelajaran dimana peserta didik melakukan dan mengalami sendiri, mengikuti proses, mengamati obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan suatu obyek, keadaan dan proses dari materi yang dipelajari tentang gejala alam dan interaksinya sehingga dapat menjawab pertanyaan yang didapatkan melalui pengamatan induktif.
Pembelajaran IPA tidak akan terpisahkan dari kegiatan praktikum. Woolnough dan Allsop (dalam Rustaman, 2003) mengemukakan empat alasan pentingnya kegiatan praktikum IPA. Pertama, praktikum dapat membangkitkan motivasi belajar IPA. Kedua, praktikum mengembangkan keterampilan dasar melakukan eksperimen. Ketiga, praktikum menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah. Keempat, praktikum menunjang materi pelajaran. Keterampilan proses IPA sendiri meliputi: mengamati, menafsirkan, mengklasifikasikan, menggunakan alat dan bahan, menerapkan konsep,merencanakan percobaan, berkomunikasi dan mengajukan pertanyaan. Arifin et al. (2003) mengemukakan bahwa metode praktikum merupakan penunjang kegiatan proses belajar untuk menemukan prinsip tertentu atau menjelaskan tentang prinsip-prinsip yang dikembangkan.
Kegiatan praktikum akan memberikan makna apabila kegiatan tersebut direncanakan dengan baik, memberi kesempatan untuk memilih prosedur alternatif, merancang eksperimen, mengumpulkan data dan menginterpretasikan data yang diperoleh. Untuk dapat melaksanakan praktikum dengan tuntutan tersebut diperlukan keterampilan berpikir atau intelektual skill. Untuk mengembangkan keterampilan tersebut dalam praktikum, siswa perlu menggunakan prosedur yang logis dan strategis (Arifin et al., 2003).
Menurut Arifin (2003), keuntungan menggunakan metode eksperimen atau praktikum adalah sebagai berikut:
1.       Dapat menggambarkan keadaan yang konkret tentang suatu peristiwa
2.       Siswa dapat mengamati proses.
3.       Siswa dapat mengembangkan keterampilan inkuiri.
4.       Siswa dapat mengembangkan sikap ilmiah.
5.       Membantu guru untuk mencapai tujuan pembelajaran lebih efektif dan efisien.
Kegiatan praktikum dapat dimanfaatkan untuk beberapa kegiatan yang mengasah keterampilan peserta didik. Menurut Zaenuddin (1996) secara rinci praktikum dapat dimanfaatkan:
1.       untuk melatih keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan mahasiswa:
2.       untuk memberi kesempatan pada mahasiswa untuk menerapkan dan ingintegrasikan pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya secara nyata dalam praktek
3.       untuk membuktikan sesuatu secara ilmiah atau melakukan scientific inquiry
4.       untuk menghargai ilmu dan keterampilan dimiliki.
Khusus untuk kimia, menurut Woolnough & Allsop (Rustaman, 1995) sedikitnya terdapat empat alasan yang dikemukakan para pakar pendidikan sains mengenai pentingnya kegiatan praktikum. Pertama, praktikum membangkitkan motivasi belajar sains. Kedua, praktikum mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar melaksanakan eksperimen. Ketiga, praktikum menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah. Keempat, praktikum menunjang pemahaman materi pelajaran.
Kegiatan praktikum memungkinkan peserta didik untuk mempraktekkan secara empiris dalam belajar mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap menggunakan sarana laboratorium.
a.       Pada ranah pengetahuan, peserta didik mendalami teori, menggabungkan teori yang ada, dan menerapkan teori. Ranah pengetahuan dapat dapat dinilai menggunakan rubrik penskoran. Ranah keterampilan
b.       Pada ranah keterampilan, peserta didik memilih alat dan bahan, mempersiapkan alat dan bahan, dan menggunakan alat dan bahan. Ranah keterampilan dapat dinilai dengan teknik observasi (ceklist atau rating scale)
c.       Pada ranah sikap, peserta didik menunjukkan beberapa sikap, contohnya: bekerjasama, disiplin; dan tanggungjawab. Ranah sikap dapat dinilai menggunakan teknik observasi (ceklist, bagan partisipasi (participation chart), skala lajuan (rating scale)).

Komentar

  1. bagaimana jika suatu sekolah tidak memiliki laborarium yang memadai? apa yang harus dilakukan oleh guru untuk dapat melakukan percobaan. eperti yang telah dijelaskan bahwa praktikum sangat bermaanfaat dan wajib dilakukan apalagi pada materi kimia.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sekolah yang tidak memiliki laboratorium yang memadai sudah menjadi permasalahn dan kesulitan dalam pembelajaran karena dengan minimnya fasilitas lab akan membuat pembelajaran khususnya kimia pada materi tertentu tidak akan tercapai tujuan pembelajarannya secara maksimal. Oleh karena itu dalam hal ini diperlukan kreativitas seorang guru yang dapat mengatasi kesulitan tersebut. Contohnya seorang guru dapat melakukan percobaan sederhana menggunakan alat dan bahan yang sudah tersedia dialam ataupun mudah untuk disediakan oleh guru maupun siswa. Selain itu guru juga dapat membuat media sperti kebanyakan guru lainnya yaitu sperti virtual lab yang menyerupai lab secara nyata.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

KESULITAN BELAJAR KIMIA PADA SISWA SMP DAN SMA

KETERAMPILAN DASAR LABORATORIUM

Miskonsepsi dalam pembelajaran kimia