Kendala Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran Kimia Di SMA/SMP
Kurikulum adalah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, danbahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu. (permendikbud No.70 tentang kerangka dasar dan
struktur kurikulum SMA/SMK).
Fungsi kurikulum ialah sebagai
alat untuk mencapai tujuan pendidikan yang pada dasarnya kurikulum memiliki
komponen pokok dan komponen penunjang yang saling berkaitan dan berinteraksi
satu sama lainnya dalam rangka mencapai tujuan tersebut. Komponen merupakan
satu sistem dari berbagai komponen yang saling berkaitan dan tidak bisa
dipisahkan satu sama lainnya, sebab kalau satu komponen saja tidak ada atau
tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Jika dihitung Indonesia telah
mengalami perubahan kurikulum sebanyak 11 (sebelas) macam, antara lain: Tahun
1947 disebut Rencana Pelajaran : Dirinci Dalam Rencana Pelajaran Terurai, 1964
Rencana Pendidikan Dasar, Tahun 1968 Kurikulum Sekolah Dasar, tahun 1974
Kurikulum PPSP (Proyek Perintis Sekolah Pembangunan), Tahun 1975 Kurikulum
Sekolah Dasar, Tahun 1984 : Desain Kurikulum 1984. Tahun 1994 : Desain
Kurikulum 1994, Tahun 1997: Revisi Kurikulum 1994, Tahun 2004 : Rintisan
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), Tahun 2006: Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), dan Tahun 2013 : Kurikulum 2013.
Rencana
implementasi kurikulum 2013 tidak terdapat perbedaan yang signifikan kecuali:
(1) penekanan
pada pendidikan karakter
(2) pengurangan
jumlah mata pelajaran/bidang studi dan dibarengi penambahan jam belajar
(3) upaya
menyambungkan keberlanjutan antara kompetensi yang ada di SD, SMP, hingga
SMA/SMK.
Sebenarnya,
jika hanya itu saja, tidak perlu mengubah kurikulum dan cukup dengan merevisi
Kurikulum 2006 : KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) sehingga akan lebih
efektif dan efisien baik dari segi teknis maupun pembiayaan.
Para guru yang ditunjuk sebagai
pelaksana kurikulum merasa bingung dengan diterapkannya kurikulum 2013 ini.
Kebanyakan dari mereka masih menggunakan kurikulum sebelumnya yakni kurikulum
KTSP dalam pembelajarannya, karena mereka belum begitu paham dengan kurikulum
2013 yang sebenarnya, padahal beberapa dari mereka telah dilatih dalam
persiapan pelaksanaan Kurikulum 2013. Salah satu perbedaan antara kurikulum
2013 dengan kurikulum sebelumnya adalah adanya buku siswa dan buku guru yang
telah disediakan oleh pemerintah pusat sebagai buku wajib sumber belajar di
sekolah.
Peran guru sangat penting untuk
meningkatkan dan menyesuaikan daya serap peserta didik dengan ketersediaan
kegiatan pada buku siswa dan buku guru. oleh karena itu guru perlu mencermati
buku guru maupun buku siswa yang disediakan pemerintah ini. Hal ini diperlukan
mengingat buku yang disediakan pemerintah ditujukan untuk keperluan skala nasional.
Padahal masing-masing sekolah memiliki karakteristik siswa masing-masing.
Dengan demikian, guru diharapkan mampu mencermati dan menganalisis buku guru
ataupun guru siswa, agar kekeliruan dan ketidaktepatan buku yang disesuaikan
dengan karakteristik siswa masing-masing sekolah telah diketahui lebih
awal.
Dalam
pelaksanaannya, dengan diterapkannya kurikulum 2013 ini banyak ditemui beberapa
kendala, diantaranya sebagai berikut :
1. Kesulitan Guru dalam memahami
Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD).
2. Guru Merasa Kurang Dilatih untuk
Melaksanakan Kurikulum 2013 dalam Kegiatan Pembelajarannya
Para
guru Sekolah Menengah Atas (SMA) merasa kebingungan karena semula hanya tiga mata
pelajaran saja yang menggunakan kurikulum 2013 yaitu matematika, bahasa
Indonesia, dan sejarah namun tiba-tiba kurikulum 2013 diterapkan untuk semua
mata pelajaran padahal guru-guru lain selain matematika, bahasa Indonesia, dan
Sejarah belum dilatih bagaimana menerapkan kurikulum 2013 pada mata pelajaran
yang diampunya.
3. Belum Adanya Silabus Final
Mengakibatkan Kesulitan dalam Pembuatan RPP
4. Keluhan Tentang Keterurutan Materi
Pelajaran
5. Guru sebagai manajer di
kelas belum memahami benar implementasi kurikulum 2013 yang seharusnya.
Meskipun sudah dilakukan pelatihan-pelatihan terhadap guru, tetapi belum semua
guru memahaminya secara baik. Pun guru yang mengikuti pelatihan belum semua
informasi terkait dengan implementasi kurikulum terserap dengan baik.
6. Kurangnya buku panduan
pelajaran dari Pemerintah Pusat. Bahkan di beberapa sekolah SMP yang menjadi pilot project penerapan Kurikulum
2013 di Kabupaten Tegal (dan mungkin di kabupaten lainnya di Indonesia), hanya
terdapat dua buku panduan. Untuk mengatasi itu, pihaknya mengunduh buku panduan
dari internet dan memperbanyaknya.
7. Buku siswa yang idealnya
juga dimiliki siswa dengan komposisi satu buku satu siswa masih belum dapat
disediakan dengan cukup. Kondisi tersebut memaksa sekolah untuk melakukan
pengadaan buku tersebut dengan penggandaan yang tentunya membutuhkan biaya
tambahan.
8. Sistem rapor. Masalah
mungkin muncul pada pertengahan Oktober depan, berkaitan dengan sistem rapor
kepada orang tua siswa. Hingga sekarang belum ada petunjuk teknis bagaimana
rapor itu nanti dibuat, yang mengacu kepada sistem penilaian di perguruan
tinggi dengan nilai A, B, C, dan seterusnya.
9. Lainnya adalah keberatan
para orang tua siswa berkaitan dengan adanya kata-kata kasar dalam buku panduan
Kurikulum 2013.
10. Terdapat beberapa daerah
yang memaksakan diri dalam pelaksanaan kurikulum 2013. Sebagai contoh Kota
Tegal, pada tahun pelajaran 2013/2014 secara serentak mewajibkan seluruh
sekolah untuk menerapkan kurikulum 2013. Hal ini jelas menimbulkan
permasalahan, misalnya mahalnya biaya pengadaan buku. Masalah ini menjadi lebih
parah manakala siswa diwajibkan untuk membeli buku sendiri. (sekolah menjadi
terkesan sangat mahal)
11. Penerapan pendekatan saintifik
pada beberapa guru yang paradigmanya “teacher center” tidak telaten
12. Guru mengalami kesulitan dengan
pendekatan berbasis saintifik (5M)
13. Alokasi waktu dengan banyaknya
tema kurang sesuai sehingga ada beberapa PB yang harus digabung dengan PB
selanjutnya
14. Penilaian proses pembelajaran
yang tidak dapat tuntas dilakukan guru karena jumlah siswa yang melebihi SNP
15. Muatan kebahasa Indonesiaan
kurang dalam konten tidak terlalu banyak. Contoh: tentang sinonim, antonim,
menyusun kalimat, dll.
Permasalahan: Bagaimana solusi yang dapat membantu
masalah guru yang belum memahami Kompetensi
Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) atau dalam pembuatan dan pelaksanaan RPP?
pada saat sekarang ini dinas pendidikan sedang giat-giatnya untuk mengadakan penyuluhan ataupun pelatihan untuk guru-guru sehingga solusinya guru-guru tsb mengikuti pelatihan dan penyuluhan tsb sehingga yang tadi nya keliru dalam pembuatan RPP sekarang dapat memahami kekeliruan tsb . jika pun masih belum paham jangan sungkan untuk bertanya kepada guru lain yang mengerti akan pembuatan RPP dan terus berlatih membuat RPP
BalasHapus